Buyer persona disebut sebagai salah satu kunci sukses sebuah bisnis karena memberikan pemahaman mendalam tentang calon customer bisnis Anda. Lalu, seberapa jauh Anda mengetahui tentang buyer persona? Khususnya bagaimana buyer persona akan diimplementasikan ke dalam bisnis Anda.
Dikutip dari Semrush, buyer persona adalah gambaran pelanggan ideal dari sebuah bisnis. Gambaran tersebut diciptakan dari hasil riset pasar dan target audiens, dalam hal ini, Zelab mungkin lebih senang menganggap buyer persona merupakan hipotesa awal dari calon customer awal Anda.
Dengan buyer persona, Anda sebagai pemilik bisnis dapat mengenal dan memahami seperti apa target audiens, bagaimana karakteristik, sifat, perilaku, permasalahan, hingga kecenderungan dalam pengambilan keputusan.
Pemahaman mendalam tentang karakteristik pelanggan ini akan berguna dalam penentuan dan implementasi strategi pemasaran hingga pengembangan bisnis yang tepat. Itulah mengapa pemilik bisnis seperti Anda, perlu membuat buyer persona.
Sebelum melangkah jauh ke contoh buyer persona, simak terlebih dulu penjelasan tentang manfaat buyer persona dan apa saja yang diperlukan untuk menciptakan buyer persona yang tepat bagi bisnis Anda.
Manfaat Buyer Persona Bagi Bisnis
Seperti yang telah disinggung di atas, buyer persona akan membantu Anda sebagai pemilik bisnis dalam menentukan bagaimana langkah yang tepat agar produk Anda bertemu dengan target audiens. Untuk lebih jelasnya, inilah yang akan Anda dapatkan dari buyer persona:
1. Buyer persona membantu Anda dalam perencanaan dan eksekusi konten ideal yang mampu menjawab permasalahan dan kebutuhan target audiens.
2. Dengan buyer persona, Anda akan mengetahui di mana target audiens menghabiskan waktu mereka. Hal tersebut memudahkan Anda untuk menentukan cara distribusi paling tepat.
3. Penciptaan profil dari buyer persona memudahkan pemilik bisnis menemukan pelayanan tepat bagi target audiens sesuai dengan tantangan yang mereka hadapi.
Cara Membuat Buyer Persona
Untuk merumuskan buyer persona, Anda perlu melakukan riset mendalam baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk menemukan data-data pendukung.
Data-data tersebut nantinya akan menjadi pondasi menentukan karakter target audiens yang memudahkan Anda untuk merumuskan dan mengeksekusi strategi bisnis paling ideal.
Berikut langkah-langkah menciptakan buyer persona:
1. Riset Mendalam
Seperti yang telah disinggung di atas, riset mendalam menjadi langkah penting dalam merumuskan buyer persona.
Riset menjadi alat yang digunakan untuk mengumpulkan data-data profiling buyer persona.
Riset Pembeli
Riset pembeli berarti Anda mengumpulkan data langsung berdasarkan pelanggan dan calon pelanggan yang ada. Hal tersebut dapat dicapai dengan:
- Melakukan wawancara dengan customer
- Mengumpulkan insight dari tim pemasaran
- Mengumpulkan insight dari data digital seperti Google Analytics, seperti yang telah kami bahas dalam cara lengkap menggunakan Google Analytics untuk bisnis Anda.
Riset Pasar
Riset pasar untuk mengumpulkan data persona buyer dilakukan dengan mengamati dan menganalisis target audiens kompetitor dengan memanfaatkan digital marketing analytics tools seperti Semrush, Ahrefs, hingga Google Analytics.
2. Rumuskan Demografi Pelanggan
Informasi pribadi menjadi dasar bagi pembuatan buyer persona. Karenanya, penting bagi Anda untuk memetakan informasi seperti umur, jenis kelamin, alamat, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, hingga status dalam keluarga.
Usahakan untuk mendata informasi pribadi sedetail mungkin sehingga nantinya benar-benar merepresentasikan target audiens.
3. Kenali Psikografis Pelanggan
Anda juga membutuhkan data mengenai nilai -nilai persona yang dianut dan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini penting mengingat masyarakat kini cenderung lebih sadar terhadap posisi sebuah brand dalam merespon topik atau fenomena tertentu.
Klaim meningkatnya kesadaran masyarakat terkait value perusahaan terlihat dari hasil penelitian Edelman, yang menunjukkan 65% konsumen mengaku reaksi brand terkait Covid-19 berpengaruh dalam keputusan pelanggan untuk tetap menggunakan atau meninggalkan sebuah produk.
Sementara 33% lainnya mengaku langsung meninggalkan brand yang tidak memenuhi kebutuhan atau menjawab permasalahan mereka.
4. Identifikasi Pain Points
Pain points atau permasalahan pelanggan menjadi salah satu aspek penting dalam perumusan buyer persona. Dengan mempelajari masalah dan tantangan yang dihadapi pelanggan, perusahaan akan lebih mudah menentukan solusi yang paling sesuai.
Rumuskan pain points dengan mencari tahu tentang masalah yang dihadapi pelanggan, hambatan dalam mencapai tujuan, hingga ketakutan atau kekhawatiran terbesar mereka.
5. Cari Tahu Sumber Informasi Pelanggan
Sumber informasi merupakan siapa yang pelanggan percaya, dengar, sebelum pengambilan keputusan terkait pembelian. Data ini akan jadi pedoman berharga bagi strategi pemasaran hingga eksekusi dan penempatan konten yang paling ideal.
Untuk mengetahui siapa dan apa saja rujukan bagi pelanggan terkait pembelian, Anda bisa mengumpulkan informasi terkait blog, website, media sosial yang mereka ikuti, media yang mereka baca, influencer kesukaan, hingga acara yang kerap didatangi.
6. Identifikasi Proses Pembelian
Proses pembelian atau tahapan apa saja yang dilalui pelanggan sebelum mengambil keputusan terkait pembelian akan menjadi insight penting bagi pengembangan model pemasaran.
Karenanya, pemilik bisnis perlu mencari tahu apa saja yang berpengaruh bagi pelanggan saat akan melakukan pembelian, seberapa sering mereka membeli produk, hingga faktor yang membuat mereka tidak repurchase.
Contoh Buyer Persona
Tujuan utama dari membuat buyer persona adalah memahami kebutuhan dan masalah pelanggan, mengetahui alasan dan proses mereka membuat keputusan pembelian, hingga cara paling tepat untuk melakukan pendekatan.
Namun begitu, Anda juga perlu mengidentifikasi target sesuai dengan jenis bisnis Anda, apakah konsumen pada umumnya (B2C) atau sesama pemilik bisnis (B2B). Perbedaan ini akan membantu Anda menemukan informasi apa yang paling penting untuk digali saat merumuskan buyer persona.
Sebagai contoh, fakta bahwa customer Anda memiliki anak tidak akan berpengaruh bagi bisnis B2B Anda, sehingga tidak perlu mencantumkan informasi ini. Supaya lebih jelas, simak beberapa contoh buyer persona yang disadur dari Semrush berikut ini.
1. Contoh Buyer Persona B2C
Contoh pertama buyer persona merupakan konsumen bisnis B2C untuk perusahaan real estate lokal. Berdasarkan tabel informasi di atas, data persona berasal dari seorang ibu pekerja yang berusaha untuk membeli rumah.
Demografi
Dalam bagian demografi, diketahui bahwa Clark Crimes adalah warga New York, berusia 37 tahun yang memiliki dua anak. Ia merupakan ibu rumah tangga sekaligus wanita karier.
Pain Points
Clark ingin membeli rumah baru dengan ukuran yang lebih besar. Namun, sulit baginya untuk segera menemukan rumah ideal karena banyak yang harus dipertimbangan seperti kebutuhan keluarga hingga kondisi ekonomi. Di sisi lain, ia juga tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan survei rumah baru.
Faktor yang Mempengaruhi Pembelian
Suami Clark memberikan pengaruh terbesar dalam keputusannya memilih rumah dan agen real estate. Selain itu, ia juga mempertimbangkan jarak rumah ke kota, lingkungan perumahan, hingga dekorasi sebelum melakukan pembelian.
Sumber Informasi
Clark lebih sering menggunakan media sosial Instagram dan mengikuti akun-akun mom influencer. Ia juga kerap mengakses konten blog post dan video seputar kehidupan di New York, parenting, dan jual beli rumah.
Strategi Perusahaan
Untuk menjawab masalah Clark, perusahaan akan mengimplementasikan saluran komunikasi yang digunakan Clark ke dalam strategi pemasaran. Yakni,dengan menjalankan campaign di Instagram, bekerja dengan influencer, dan menggencarkan promosi mulut ke mulut sehingga informasi produk atau jasa mampu menjangkau Clark.
2. Contoh Buyer Persona B2B
Dikutip dari Semrush, perbedaan paling mendasar dari buyer persona B2B dan B2B adalah kedalaman informasi mengenai peran customer dalam perusahaan dan tahapan pembelian mereka.
Karenanya untuk merumuskan buyer persona bisnis B2B, diperlukan informasi detail mengenai posisi customer dalam perusahaan (CEO, manager, spesialis, dan lain sebagainya). Untuk lebih jelasnya, berikut contoh buyer persona B2B di mana customernya merupakan seorang CEO agensi.
Demografi
Shawna Cummings merupakan pendiri agensi yang menyediakan jasa servis digital marketing untuk startup. Perempuan 26 tahun ini tinggal di San Fransisco.
Pain point
Sebagai CEO, Shawna kesulitan kesulitan membagi waktunya untuk mengurus bisnis klien sekaligus mengembangkan perusahaannya sendiri. Seringnya, waktunya habis hanya untuk berfokus pada project klien. Meski memiliki tim, Shawna tetap merasa bekerja sendiri karena jumlah project yang terus bertambah.
Faktor yang Mempengaruhi Pembelian
Dalam memutuskan pembelian jasa untuk bisnisnya, Shanwa mempertimbangkan masa free trial sebuah produk atau jasa, subscription dengan harga terjangkau, hingga perusahaan yang menyediakan customer support yang bisa diandalkan.
Customer Knowledge and Experience
Shawna belum pernah mencoba menggunakan tools manajemen untuk perusahaannya sendiri. Meskipun begitu, ia pernah mengimplementasikannya saat ia masih menjadi karyawan.
Strategi Perusahaan
Perusahaan akan menggunakan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi Shawna dalam pengembangan produk dan pelayanan. Yakni, dengan menghadirkan jasa yang memudahkan Shawna untuk membagi waktu dan mendelegasikan tugas, sehingga ia bisa berfokus pada prioritas yang lebih besar.
3. Contoh Unconventional Buyer Persona
Setelah B2B dan B2C, kini saatnya kita membahas contoh buyer persona yang unconventional yang memiliki standar berbeda dari customer pada umumnya. Dalam hal ini, Anda adalah pemilik bisnis aplikasi kencan yang ingin menyasar target audiens seorang selebriti.
Demografi
Dari tabel di atas, Adele merupakan seorag penyanyi terkenal yang tinggal di Inggris. DI usianya yang menginjak 33 tahun, ia sukses secara ekonomi. Namun tidak untuk urusan percintaan. Ia bercerai dari suaminya.
Pain points
Adele mengalami depresi karena jalinan asmaranya yang kandas. Ia mencoba untuk mencari partner baru sekaligus memperbaiki kesehatan mentalnya.
Faktor yang Mempengaruhi Pembelian
Adele mempertimbangkan kegunaan produk sebelum memutuskan pembelian. Apakah aplikasi kencan ini ampuh untuk membuatnya lupa akan sakit hati dan menyembuhkan depresinya.Apakah ini juga akan berguna bagi orang lain yang bernasib sama sepertinya?
Saluran Komunikasi
Adele cenderung menggunakan banyak sosial media. Saat online, ia mengakses beragam konten tentang concert, live video, hingga album. Ia tertarik mengikuti topik perceraian, putus cinta, dan sakit hati.
Strategi Perusahaan
Melihat profil Adele, perusahaan aplikasi kencan bisa memanfaatkan kecenderungan sang penyanyi menghabiskan banyak waktu di sosial media untuk membantu orang lain. Insight tersebut akan bermanfaat pada pemilihan dan eksekusi konten pemasaran yang paling ideal.
Itulah beberapa contoh buyer persona dan bagaimana cara membuatnya untuk bisnis Anda. Mengacu pada ulasan di atas, buyer persona merupakan hal penting bagi bisnis apapun. Pemahaman mendalam tentang customer adalah salah satu pijakan utama untuk menentukan produk apa yang sesuai dengan target Anda dan strategi pemasaran yang paling efektif. ( Baca juga : 10 Step Membuat Artikel SEO Friendly )
Membuat buyer persona adalah aksi berkelanjutan, tidak cukup digarap satu kali mengingat bisnis berubah seiring berjalannya waktu, di mana kebutuhan dan tantangan customer berkemungkinan besar ikut berubah. Bagaimana, siap merumuskan buyer persona dan mengimplementasikannya di bisnis Anda? Jika ada pertanyaan, jangan ragu untuk menanyakan di kolom komentar.